KOMPAS.com - Meskipun beberapa grup etnik di Afrika Utara memandang wanita yang gemuk adalah cantik dan merupakan simbol kekayaan dan kesuburan, sekitar 300.000 penduduk berkurang setiap tahunnya di Amerika Serikat akibat obesitas (kelebihan berat badan).
Obesitas berada di peringkat kedua sebagai penyebab kematian yang seharusnya dapat dicegah di dunia, menyusul rokok pada peringkat teratas.
Berbagai penelitian menunjukkan, obesitas menghabiskan biaya lebih dari 100 miliar dollar Amerika tiap tahunnya. Obesitas tidak hanya mempengaruhi penampilan luar seseorang, tapi juga secara fisiologis dan psikologis.
Obesitas diakibatkan oleh beberapa faktor: genetik, metabolisme, kebiasaan (makanan yang dikonsumsi dan gaya hidup) lingkungan dan kebudayaan.
Gen dan metabolisme mempengaruhi berat badan seseorang 25 hingga 40 persen. Meski gen dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena obesitas, namun gen bukanlah satu-satunya faktor kenapa seseorang berlebihan berat badannya.
Bagi kebanyakan orang, obesitas terjadi akibat konsumsi makanan berlebihan dan kurang aktivitas. Disinilah faktor lingkungan dapat mempengaruhi orang terkena obesitas. Gaya hidup masyarakat barat modern menyebabkan orang melakukan diet yang salah dan malas berolahraga. Restoran cepat saji selalu menyediakan makanan berukuran besar. Gaya hidup yang sibuk pun kerap membuat kita makan di luar rumah, sehingga konsumsi makanan diproses dan tidak sehat terus terjadi.
Kebiasaan makan yang buruk juga cenderung turun temurun dalam keluarga – meskipun metabolismenya tidak sama, namun kebiasaaan dalam keluarga atau kebiasaan yang kita pelajari dari orang tua, juga memegang peranan penting. Obesitas yang terjadi pada anak merupakaan indikasi kuat bahwa nantinya si anak tersebut akan mengalami masalah kesehatan terkait dengan berat badannya.
Risiko meninggal dunia di usia muda pada mereka yang obesitas mencapai 50-100 persen. Obesitas juga berkaitan dengan banyak penyakit seperti jantung, diabetes tipe 2, arteri koroner, tekanan darah tinggi, batu ginjal, haid tak teratur, kemandulan serta risiko terkena kanker ( pada wanita misalnya kanker rahim, sel telur dan payudara. Pada pria, kanker prostat dan usus).
Obesitas juga kerap terkait dengan diskrimasi dan prasangka yang menyebabkan orang yang kelebihan berat badan merasa minder dan tidak memiliki hidup yang berkualitas.
Dr Ayuthinee Singhakowinta, Ketua Diabetes and Metabolic Center di Phyathai Hospital, Bangkok menjelaskan, “supaya sukses mengatur berat badan dan kesehatan tubuh, Anda harus merubah kebiasaan makan dan gaya hidup dengan berolahraga. Coba mulai dengan gerakan-gerakan mudah dan jalani kehidupan sehari-hari dengan aktif. Diet kilat ataupun olahraga intensif yang berlebihan tidak akan berhasil.”
Program menurunkan berat badan bagi mereka yang memiliki obesitas sebaiknya dimulai dan dipantau oleh seorang dokter atau ahli gizi. Jika mengalami obesitas, ada kemungkinan orang tersebut juga memiliki masalah kesehatan lain seperti diabetes dan hipertensi.
"Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan bahwa Anda cukup sehat untuk memulai diet tepat dan merancang jadwal olahraga yang baik. Biasanya, olahraga untuk menurunkan berat badan adalah setidaknya 30 menit 3 kali seminggu, konsumsi makanan berendah lemak dan berserat tinggi serta pengobatan,” Dr Ayuthinee menjelaskan.
Mengkonsumsi makanan di rumah merupakan cara yang baik untuk memulai program pengurangan berat. Penting pula untuk minum banyak air putih, karena air putih merupakan bahan bakar yang sangat penting bagi tubuh serta memperlancar pencernaan.
Jika takut untuk berolahraga di pusat kebugaran, mulailah dengan melakukan gerakan-gerakan di rumah. Jauhi sofa. Berjalanlah di sekitar rumah. Ajak anggota keluarga untuk turut berolahraga sehingga merasa termotivasi. Ketika sudah mencapai titik nyaman, tingkatkan rutinitas berolahraga, dengan cardio, angkat beban guna mengurangi lemak, membentuk otot dan mendapatkan tubuh sehat.
* Ayuthinee Singhakowinta, MD. MSc. (Clinical Epidemiology)
Ketua Diabetes and Metabolic Center, Phyathai Hospital, Thailand
Obesitas berada di peringkat kedua sebagai penyebab kematian yang seharusnya dapat dicegah di dunia, menyusul rokok pada peringkat teratas.
Berbagai penelitian menunjukkan, obesitas menghabiskan biaya lebih dari 100 miliar dollar Amerika tiap tahunnya. Obesitas tidak hanya mempengaruhi penampilan luar seseorang, tapi juga secara fisiologis dan psikologis.
Obesitas diakibatkan oleh beberapa faktor: genetik, metabolisme, kebiasaan (makanan yang dikonsumsi dan gaya hidup) lingkungan dan kebudayaan.
Gen dan metabolisme mempengaruhi berat badan seseorang 25 hingga 40 persen. Meski gen dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena obesitas, namun gen bukanlah satu-satunya faktor kenapa seseorang berlebihan berat badannya.
Bagi kebanyakan orang, obesitas terjadi akibat konsumsi makanan berlebihan dan kurang aktivitas. Disinilah faktor lingkungan dapat mempengaruhi orang terkena obesitas. Gaya hidup masyarakat barat modern menyebabkan orang melakukan diet yang salah dan malas berolahraga. Restoran cepat saji selalu menyediakan makanan berukuran besar. Gaya hidup yang sibuk pun kerap membuat kita makan di luar rumah, sehingga konsumsi makanan diproses dan tidak sehat terus terjadi.
Kebiasaan makan yang buruk juga cenderung turun temurun dalam keluarga – meskipun metabolismenya tidak sama, namun kebiasaaan dalam keluarga atau kebiasaan yang kita pelajari dari orang tua, juga memegang peranan penting. Obesitas yang terjadi pada anak merupakaan indikasi kuat bahwa nantinya si anak tersebut akan mengalami masalah kesehatan terkait dengan berat badannya.
Risiko meninggal dunia di usia muda pada mereka yang obesitas mencapai 50-100 persen. Obesitas juga berkaitan dengan banyak penyakit seperti jantung, diabetes tipe 2, arteri koroner, tekanan darah tinggi, batu ginjal, haid tak teratur, kemandulan serta risiko terkena kanker ( pada wanita misalnya kanker rahim, sel telur dan payudara. Pada pria, kanker prostat dan usus).
Obesitas juga kerap terkait dengan diskrimasi dan prasangka yang menyebabkan orang yang kelebihan berat badan merasa minder dan tidak memiliki hidup yang berkualitas.
Dr Ayuthinee Singhakowinta, Ketua Diabetes and Metabolic Center di Phyathai Hospital, Bangkok menjelaskan, “supaya sukses mengatur berat badan dan kesehatan tubuh, Anda harus merubah kebiasaan makan dan gaya hidup dengan berolahraga. Coba mulai dengan gerakan-gerakan mudah dan jalani kehidupan sehari-hari dengan aktif. Diet kilat ataupun olahraga intensif yang berlebihan tidak akan berhasil.”
Program menurunkan berat badan bagi mereka yang memiliki obesitas sebaiknya dimulai dan dipantau oleh seorang dokter atau ahli gizi. Jika mengalami obesitas, ada kemungkinan orang tersebut juga memiliki masalah kesehatan lain seperti diabetes dan hipertensi.
"Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan bahwa Anda cukup sehat untuk memulai diet tepat dan merancang jadwal olahraga yang baik. Biasanya, olahraga untuk menurunkan berat badan adalah setidaknya 30 menit 3 kali seminggu, konsumsi makanan berendah lemak dan berserat tinggi serta pengobatan,” Dr Ayuthinee menjelaskan.
Mengkonsumsi makanan di rumah merupakan cara yang baik untuk memulai program pengurangan berat. Penting pula untuk minum banyak air putih, karena air putih merupakan bahan bakar yang sangat penting bagi tubuh serta memperlancar pencernaan.
Jika takut untuk berolahraga di pusat kebugaran, mulailah dengan melakukan gerakan-gerakan di rumah. Jauhi sofa. Berjalanlah di sekitar rumah. Ajak anggota keluarga untuk turut berolahraga sehingga merasa termotivasi. Ketika sudah mencapai titik nyaman, tingkatkan rutinitas berolahraga, dengan cardio, angkat beban guna mengurangi lemak, membentuk otot dan mendapatkan tubuh sehat.
* Ayuthinee Singhakowinta, MD. MSc. (Clinical Epidemiology)
Ketua Diabetes and Metabolic Center, Phyathai Hospital, Thailand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar