Selama ini sebagian orang Indonesia mengonsumsi ocha hanya saat makan di
restoran Jepang. Sementara di negeri asalnya, ocha sudah menjadi
keseharian dan ternyata memiliki berbagai jenis. Yuk mengenal minuman
favorit di Negeri Sakura ini.
Wolipop melihat langsung bagaimana
ocha dibuat dan pembudidayaannya dalam kunjungan ke Jepang Rabu
(4/6/2012). Ocha sebenarnya bukan berasal dari Jepang. Seorang pendeta
Budha datang dari China membawa daun teh hijau itu ke Jepang. Pendeta
bernama Myoan Eisai itu kemudian menanamnya di Kyoto pada 1207.
Tidak
seperti orang China yang menyebut teh dengan green tea, penduduk Jepang
memilih menggunakan nama ocha untuk teh hijau. Nama ocha itu sendiri
sebenarnya berarti teh. Ocha awalnya digunakan oleh para biksu sebagai
bagian dari upacara keagamaan dan pengobatan.
Namun pada abad
ke-15 dan 16, ocha mulai digemari raja, bangsawan dan samurai. Pada masa
itu pun berkembang upacara minum teh. Keberadaan ocha semakin populer
dengan adanya varian dari teh tersebut yaitu sencha. Di abad ke-17 dan
18, orang-orang Jepang sudah menjadikan ocha sebagai bagian dari
keseharian atau gaya hidup.
Selain sencha ada banyak jenis ocha
lainnya yang juga disukai orang Jepang. Sebelum mengenal varian dari
ocha, yang perlu dipahami terlebih dulu adalah bagaimana proses
pembubidayaan tanaman ocha tersebut di Negeri Sakura.
"Ocha akan
semakin enak rasanya jika dihasilkan di wilayah yang memiliki perbedaan
cuaca tinggi. Misalnya siang suhunya sekitar 30 derajat dan malam bisa
belasan derajat. Perbedaan suhu yang tinggi ini biasanya ada di
pegunungan," ujar Key Account Fukujuen, Tomoyuki Igarashi. Fukujuen
merupakan salah satu perusahaan yang membeli ocha dari petani, untuk
kemudian dijual ke berbagai perusahaan pembuat teh siap saji seperti
Suntory.
Tomoyuki memberikan penjelasannya pada wolipop ketika
ditemui di kawasan perkebunan ocha yang ada di Uji, Kyoto. Uji merupakan
daerah yang memiliki banyak perkebunan teh. Selain di Uji,
pembubidayaan ocha juga ada di Kagoshima dan Shizuoka. Namun ocha yang
paling berkualitas berasal dari Uji, karena kawasan pegunungan akan
menghasilkan teh yang lebih kaya rasa.
Ocha bisa memiliki warna
hijau ketika sudah dibuat menjadi minuman karena dalam proses
penanamannya, daun teh dihentikan oksidasinya. Daun teh yang mengalami
oksidasi, biasanya akan diolah menjadi teh oolong dan hitam oleh
masyarakat Jepang.
Pembudidayaan Ocha
Ocha
itu sendiri dibudidayakan dengan dua cara berbeda. Pertama, kawasan
perkebunan teh seluruhnya ditutup dengan terpal. Penutupan dilakukan
agar ocha tidak terkena sinar matahari, sehingga kaya akan asam amino
dan rasa teh tidak terlalu sepat karena mengandung umami. Cara kedua
adalah dengan membiarkan semua daerah perkebunan terkena sinar matahari
langsung. Metode ini menghasilkan teh yang mengandung banyak catechin
(rasa sepet.
Dari perbedaan jenis pembudidayaan inilah yang
kemudian melahirkan berbagai jenis ocha. Apa saja itu? Untuk teh yang
pembudidayaannya dengan cara ditutup terpal seluruhnya, ada tiga jenis
ocha yang bisa dihasilkan yaitu tencha (matcha), gyokuro dan kabuse-cha.
Sementara untuk metode kedua, varian tehnya lebih banyak yaitu sencha,
fukamushi-sencha, kamairi-sencha dan bancha.
Jenis-jenis
Ocha
Matcha dan sencha merupakan dua jenis ocha yang
cukup populer di Jepang. Matcha merupakan bubuk ocha yang dibuat dengan
teknik tertentu menggunakan batu. Dulu matcha dikonsumsi orang hanya
ketika upacara minum teh. Namun kini matcha sudah menjadi bagian hidup
sehari-hari. Selain diminum dalam bentuk teh, matcha juga bisa ditemukan
dalam es krim, kue, dan masakan lainnya.
Sementara untuk sencha,
varian inilah yang paling banyak diproduksi di Jepang. Meski rasanya
sepat karena banyak mengandung cathecin, orang-orang Jepang merasa
setelah mengosumsi sencha menjadi lebih segar.
Selain sencha dan
matcha, jenis lainnya dari ocha yang cukup menarik adalah houji-cha dan
genmai-cja. Kedua teh tersebut termasuk sencha karena pembudidayaannya
dibiarkan terkena sinar matahari langsung sehingga banyak mengandung
cathecin. Namun untuk houji-cha dan genmai-cha, pengolahan dilakukan
berbeda dengan sencha sehingga rasa yang dihasilkan juga tidak biasa.
Houji-cha merupakan ocha yang dipanggang, sementara genmai-cha, adalah
ocha campur dengan beras yang disangrai.
Ocha mana yang ingin
dicoba? Anda bisa memilih sesuai selera, entah itu yang mengandung
banyak umami atau justru yang sepat seperti sencha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar