Public relation (PR) termasuk salah satu profesi yang cukup diminati
saat ini. Selain penghasilan yang terbilang menjanjikan, juga jenjang
karier yang cukup tinggi.
Namun menjadi PR bukanlah pekerjaan
mudah. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, kelihaian
bersosialisasi dan kepercayaan diri tinggi. Salah langkah atau
berkata-kata, citra perusahaan yang dibawa seorang PR bisa rusak.
Berminat menjadi PR berkualitas? Intip dulu do's and don'ts berikut ini:
Do's
1. Pandai membawa diri, tahu cara
berpenampilan, cara berbicara dan menjaga silaturahmi dengan rekan
media. "Misalnya ada teman media yang sakit, kalau ada waktu kita bisa
jenguk. Rasa kedekatan dari jalinan silaturahmi yang kita buat mau nggak
mau pasti akan berbekas di pribadi setiap orang," ujar Maurin
Handayani, seorang media expert dari perusahaan communications
consultant Inke Maris & Associates, saat berbincang dengan wolipop
di kantornya, Tebet, Jakarta, belum lama ini.
2. Menjaga
silaturahmi dengan klien, media atau partner kerja lainnya dan
memperlakukan mereka selayaknya teman. PR & Social Media Manager The
Body Shop Ratu Ommaya menjelaskan, "Menelepon teman media tidak hanya
kalau ada acara saja, tapi menjalin silaturahmi dengan mereka juga."
3.
Cepat menanggapi jika ada konsumen yang komplain atau bertanya tentang
produk perusahaan di tempatnya bekerja. "Jangan berlarut-larut, harus
lebih cepat responnya. Dari sisi timing dan cara mengatasinya juga
penting," ungkap wanita yang biasa disapa Maya ini, saat diwawancara
wolipop lewat telepon, beberapa waktu lalu.
4. Melibatkan publik
dalam kegiatan yang bersifat edukasi. Maurin mencontohkan, mengadakan
acara yang mengajak publik untuk bergabung dan berpartisipasi. "Seperti
roadshow ke sekolah-sekolah, story telling, games, atau kegiatan lain
tergantung publik yang sedang dihadapi," jelas Maurin, yang bergabung di
Inke Maris sejak 2007.
Don'ts
1. Jangan
berpikir bahwa PR hanya mengutamakan penampilan dan kemampuan
berkomunikasi. Maya menyayangkan banyaknya anggapan bahwa tugas PR
kesannya hanya bersenang-senang dan yang paling penting pintar
berbicara. Padahal, tidak sesederhana itu.
"Sebenarnya PR nggak
cuma pinter ngomong, tapi juga harus pinter strategic thinkingnya.
Gimana satu produk ini dilaunching, gimana cara membuat releasenya,
supaya pesan yang mau diberikan sampai ke masyarakat," urai lulusan
London School of Public Relation ini.
2. Jangan berkata bohong,
dalam artian, saat ingin menyampaikan pesan harus mengungkapkan
kebenaran dari produk tersebut. Tidak dilebih-lebihkan juga tidak
dikurangi. Maurin menjelaskan, "Jangan asal ngomong. Bagaimanapun juga
hal yang bohong itu nggak bisa ditutupi."
Senada dengan Maurin,
Maya pun menegaskan untuk tidak berhohong dalam menjalankan profesi
sebagai PR. Sekali Anda tidak mengungkapkan fakta dengan benar, karir
yang akan terancam. "Jangan bohong karena kredibilitasnya bakal turun,
senggaknya dia harus 100 persen jadi orang bisa dipercaya, jangan
kriminal," pungkasnya.
3. "Jangan pernah meremehkan seseorang
atau suatu media," tutur Brand Manager yang sempat menjadi PR SHY
Rooftop Herlina Widowati. Seorang PR harus melihat setiap pihak sebagai
'aset' yang berpotensi baik bagi peningkatan citra perusahaan. Begitu
mendapati PR yang berperilaku buruk, imej itu akan melekat di diri PR
dan perusahaan untuk seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar